Membaca 2017

 

Tahun 2017 akan segera berlalu. Sepanjang tahun ini ada beberapa buku yang telah saya selesaikan membacanya. Sekalipun saya akui bahwa pembelian buku saya jauh lebih besar daripada jumlah buku yang sudah saya selesaikan. Tak jarang belum selesai satu buku, sudah tambah lagi buku lainnya. Jika ibu-ibu senang belanja sepatu, baju, dan tas, maka saya senang sekali belanja buku (kadang yang dibelanjakan belum tentu dibaca).

Alasan saya untuk terus membaca buku di tengah kesibukan berkantor adalah cukup klise. Televisi saat ini sudah tidak menarik untuk ditonton. Bahkan televisi berbayar pun acaranya hanya itu-itu saja dan cukup membosankan. Namun buku ternyata menawarkan hal lain, isi dari satu buku ke buku lain berbeda, bisa diakses setiap saat, bisa dibaca kapanpun jua saat senggang, dan terkadang membawa ide segar untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Konon katanya eksekutif papan atas membaca 4 buku per bulan, yang berarti sekitar 50-an buku setahun. Tapi ada pula yang membaca buku dengan santai, satu buku bisa dibaca berbulan-bulan namun berimplikasi pada kehidupannya hingga bertahun-tahun lamanya. Hal itu menandakan gaya masing-masing dalam membaca buku, ada yang “haus” dan ada pula yang santai. Apapun itu, membaca buku memang baik ketimbang menonton televisi. Karena membaca membuat otak bekerja dan menonton televisi membuat otak pasif sehingga lama-kelamaan menjadi tumpul. Terlebih lagi rata-rata membaca buku orang Indonesia cukup mengkhawatirkan, tak sampai satu buku per tahun menurut survey UNESCO tahun 2015. Terlepas dari betul atau tidaknya, cobalah kita lihat seberapa akrab orang Indonesia dengan buku. Jika sedang menunggu di bandara, apakah yang dipegang buku atau gawai? Jika sedang di transportasi apakah yang dilihat buku atau gawai? Nah dari situ sudahlah terlihat betapa buku kurang diakrabi oleh masyarakat Indonesia.

Kembali ke soal membaca buku, saya membiasakan untuk membaca minimal 2 jam per hari. Jika sedang rajin-rajinnya bisa sekitar 3 jam per hari. Waktu yang paling saya senangi untuk membaca adalah di malam hari, saat kesibukan sudah mulai mereda dan menanti waktu untuk tidur. Buku yang saya baca tidak hanya sekedar dibaca. Ketika membaca saya selalu pastikan ada pulpen dan buku tulis untuk kemudian intisari yang menarik dari buku-buku tersebut saya tulis. Sehingga buku itu menjadi lebih bermakna karena ada tulisan pribadi yang membuat isi buku tersebut makin melekat di otak. Pada tahun 2017 ini setidaknya ada 21 buku yang selesai saya baca. Diantaranya

  1. The Chronicle of Ghazi Vol. 3- Felix Siauw
  2. The Chronicle of Ghazi Vol. 4- Felix Siauw
  3. The Chronicle of Ghazi Vol. 5-Felix Siauw
  4. Tan: Sebuah Novel-Hendri Teja
  5. Hamka: Sebuah Novel Biografi-Haidar Musyafa
  6. Senyum Karyamin-Ahmad Tohari
  7. A World Without Islam-Graham Fuller
  8. Panduan Ramadhan-Muh. Abduh Tuasikal
  9. Kudeta Mekkah-Yaroslav Trofimov
  10. Homo Deus-Yuval Noah Harari
  11. Student Hidjo-Mas Marco Kartodikromo
  12. Kupilih Jalan Gerilya-E Rokajat Asura
  13. Pandangan Presiden Soeharto Tentang Pancasila-CSIS
  14. Napak Tilas ke Belanda-Rosihan Anwar
  15. Dari Blitar ke Kelas Dunia-Wiweko Supono
  16. Happy Little Soul-Retno Hening
  17. Muslim Produktif-Mohammed Fariz
  18. Tahta Untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX-Dr Mohammad Roem dkk
  19. Pulang-Leili S Chudori
  20. Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 – Peter Carey
  21. Laut Bercerita-Leili S Chudori

Dari ke-21 buku tersebut, genre bukunya bermacam-macam mulai dari ilmu sosial, sejarah, hingga novel. Saya tidak pernah membatasi buku apa yang mau dibaca, karena tiap genre memiliki melodi dan irama masing-masing yang menarik untuk diikuti. Namun akhir-akhir ini memang kecenderungan saya adalah menekuni bidang sejarah. Sejarah yang banyak orang malas untuk mempelajari, saya malah getol membaca buku sejarah untuk tahu akar budaya baik Indonesia maupun dunia. Dari ke-21 buku yang saya baca, setidaknya ada 2 buku yang sangat menarik, yaitu Homo Deus dan Kudeta Mekkah. Homo Deus bercerita mengenai “ramalan” akan menjadi apa manusia di abad-abad mendatang. Menelaah keinginan yang diinginkan oleh manusia di masa mendatang, dan pada akhirnya tujuan akhir manusia masa mendatang yaitu ingin selama-lamanya hidup abadi. Jika penasaran dengan isi bukunya, silahkan dibaca dengan tetap mengedepankan iman dan akal. Buku kedua yang menarik adalah mengenai upaya mengkudeta Mekkah, ibukota suci umat Islam sedunia. Tidak banyak yang tahu akan adanya peristiwa kudeta ini, bahwa Mekkah khususnya Masjidil Haram dikuasai oleh sekelompok organisasi yang ingin menggulingkan kerjaan Saudi yang menurut mereka sudah jauh dari ajaran Islam yang murni. Buku ini menarik karena dari peristiwa inilah, di kemudian hari muncul serangan terror 11 September 2001 di Amerika Serikat dengan pentolannya Usamah bin Ladin. Jika ISIS dan Al-Qaidah adalah anak-anak dari teroris dunia, maka induknya tak lain dan tak bukan adalah peristiwa kudeta Mekkah. Buku yang satu ini layak dibaca untuk memahami apa yang terjadi antara dunia barat dan Islam di masa lampau yang terbawa  dan tercermin hingga saat ini.

Membaca bukanlah aktifitas yang susah, ia hanya perlu kemauan agar otak terus terasah

Membaca itu adalah mencari fakta secara sabar, di tengah banyaknya hoax yang tersebar

Membaca tidak membuat kaya akan harta, tetapi memercikkan pelita ilmu di tengah gelap gulita

Membaca itu karena butuh, bukan karena disuruh-suruh

Membaca itu tradisi kaum intelektual, untuk membuat jiwa tetap kaya akan ide yang faktual

Leave a comment