My Paternity Leave

Dewasa ini semakin banyak calon ayah maupun ayah baru yang menyadari bahwa mereka memiliki peranan sentral dalam kenyamanan proses persalinan dan pengasuhan anak. It’s a good news for our country, because we don’t want Indonesia become fatherless country. Akan tetapi kesadaran tersebut belum diakomodasi oleh perundangan-undangan ketenagakerjaan di Indonesia.

Saya yakin banyak dari suami maupun ayah yang tahu mengenai maternity leave, yaitu cuti di dalam tanggungan yang diambil oleh kaum wanita yang akan melahirkan anak. Lama waktu maternity leave adalah 3 bulan dan idealnya diambil 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan. Tetapi kenyataan yang terjadi maternity leave diambil setelah melahirkan dengan alasan agar lebih banyak waktu yang bisa dihabiskan oleh ibu baru tersebut bersama anaknya.

Continue reading

Birth of Alkhalifi (Part II)

“A goal without a plan is just a wish” -Antoine de Saint Exupery

 

Sebelumnya saya bercerita mengenai rencana yang tidak kami kira harus kami jalankan. Rencana ini tertulis dalam birth plan. Birth plan ini wajib untuk disusun bagi orangtua yang menginginkan persalinan yang terencana dengan baik. Contoh dari birth plan banyak dan bisa dicari di google. Dua minggu sebelum persalinan, kami telah menyusun birth plan dan sudah membicarakannya dengan dokter obgyn. Diskusi dengan obgyn terkait birth plan ini penting, karena dokter bisa memahami apa kemauan kita dan kita pun bisa menjelaskan persalinan yang diinginkan. Saran saya jika obgyn anda tidak menanggapi serius dengan birth plan yang anda buat, ganti dokter saja. Karena bagaimanapun proses persalinan adalah proses yang seharusnya alami dan terencana dan pihak rumah sakit bisa mengakomodasi plan tersebut. Tentu anda tidak mau kan persalinan yang dijalankan malah menimbulkan traumatis? So, prepare your birth plan by the time doctor said that your wife is pregnant.

Continue reading

Birth of Alkhalifi (Part I)

 

Usai CTG diketoklah palu keputusan bahwa dalam waktu 8 jam operasi sectio caesar harus dilakukan. “Kok harus caesar sih? Bukannya masih bisa normal?” Protes saya. Namun ucapan suster membuat kami mau tidak mau harus mempersiapkan mental untuk menjalani rencana paling terakhir, yaitu operasi sectio caesar. “Iya pak, karena Ibu sudah ketuban pecah dini sehingga dalam waktu 8 jam sudah harus bisa melahirkan atau nanti ada resiko” begitulah ucapan suster kepada kami.

 

Pagi hari Selasa tanggal 5 Juli 2016, Kami berencana untuk menonton film yang baru saja tayang di bioskop yaitu “Sabtu Bersama Bapak”. We both love the novel and by the time the official movie was released, we are so excited to watch it. Namun sebelum pergi ke bioskop, Kami sudah dijadwalkan untuk melakukan pemeriksaan CTG kandungan di RSIA Kemang Medical Care. Dengan hati berbunga (karena kami akan menonton setelah itu), kami berangkat. Alloh Subhanahu wa ta’ala berkehendak lain, Dia memiliki rencana yang lebih indah bahkan terindah. Setelah sedikit diskusi dengan suster dan pihak rumah sakit yang berujung pada keputusan observasi 8 jam dan harus melahirkan hari itu juga, istri saya masih sempat bertanya “Jadi saya sudah gak boleh ke bioskop lagi nih suster?”, sebuah pertanyaan lucu bagi pihak rumah sakit tapi tidak untuk kami yang memang sudah kebelet banget mau nonton.

Continue reading