Arti Sebuah Mobil

Tulisan ini sebagai perenungan akan arti sebuah mobil

Sepanjang bulan Juli-September kemarin, saya mendapatkan banyak anugerah dari Alloh SWT. Salah satunya adalah bisa mencicipi dan mengendarai 7 mobil yang berbeda. Di antaranya adalah Suzuki APV, Toyota Avanza, Innova, Ford Ranger, Honda City yang transmisinya matic, Suzuki Swift, dan Suzuki Baleno (Maaf ya, ini bukan jualan kok)

Apa yang mau saya share tentang pengalaman naik 7 mobil tersebut? Tepat beberapa tahun lalu, saya pernah menaiki dan mengendarai mobil lama, merek Toyota Starlet. Saya mengendarai mobil itu, karena teman saya yang empunya mobil lagi males dan maunya disupiri. Saya ingat bahwa kaki ini lumayan pegal nginjek kopling-rem, dan agak malas kalau udah ketemu macet, namun tetap sejuk meskipun udara di luar sedang panas membara.

Dan tahukah anda, saya merasakan hal yang serupa kala mengendarai ke-7 mobil tersebut, notabene ke-7 mobil tersebut adalah mobil baru dan moderen. Bahkan, bodi ke-7 mobil yang keren-keren itu tidak saya rasakan kekerenan dan kemewahannya saat sedang menyetir. Yang saya lihat ketika menyetir adalah setir, dashboard, persneling, kendaraan yang sembarangan ngerem, dan jalan raya.

Dan rata-rata setiap mobil punya perlengkapan ini kan? Kecuali mobil angkot yang memang biasanya gak ada dashboard nya, cuma ada setir, persneling, gas, rem. Yang bikin beda palingan cuma bentuknya yang terkesan minimalis atau lampu indikator yang kesannya temaram. Tapi ketika anda tengah menyetirnya, adakah anda merasakan bahwa mobil mewah yang anda kendarai terasa mewah? Hm, setidaknya menurut pengalaman saya, i don’t feel that. Bagi saya, ya mobil itu bentuknya kotak kaleng yang kalau disenggol bisa rusak, di dalamnya ada setir yang rata-rata bentuknya bulat, ada gas dan rem, ada AC, dan ada persneling, apapun jenis merek mobilnya. Dan kemewahan mobil itu hanya untuk dirasakan oleh orang yang melihat mobil, bukan yang mengendarai. Setidaknya itu kesimpulan yang saya dapatkan dari pengalaman mengendarai beberapa merek mobil yang masyhur. Memang sih saya belum pernah menyetir Mercedez Benz, tapi saya pernah naik taksinya. Rasanya ya biasa saja, bahkan kemahalan untuk sekedar naik taksi, gak ada beda dengan naik taksi bermobilkan Toyota Vios. Gengsi memang mahal bung, tapi fungsi sama saja

Sekarang saya berpikir untuk beli mobil yang murah dan biasa saja lah, karena toh tampilannya sama, rasanya sama.