Duduk-Duduk Tambah Relasi

Pagi ini, usai sholat subuh di masjid dekat rumah, saya yang tadinya mau membaca Al-Quran untuk mengejar ketertinggalan, “terpaksa” gak jadi mengaji. Alasannya karena saya ketemu dengan para ustad yang sudah lamaa tidak bertemu saya, ada sekitar 6 bulanan lebih tak ketemu.
Dari mulai sharing ilmu (ustad kan tugasnya share ilmu :p) hingga akhirnya tanya profesi terakhir saya. Saya jawablah “Sekarang saya jadi pengusaha pak”, seketika itu juga ustad Abdul Halim segera menyambut gembira (agak lebay ya pernyataannya) keputusan untuk jadi pengusaha. Mulailah diberi gambaran enaknya jadi pengusaha.
Ustad Abdul Halim langsung saja memberi referensi pengusaha yang dia kenal sukses jalani rumah makan padang Sederhana, saya lupa namanya. Eh ternyata di dalam masjid tersebut, duduk pula seorang pengusaha lain yang jalani bisnis juga di bidang kuliner. Sayang saya belum kenalan, kalau sudah kenalan kan lumayan bisa nambah relasi.
Dari duduk-duduk di masjid saja, saya sudah dapatkan kenalan beberapa pengusaha, dan yang bikin saya senang adalah bahwa mereka aktif di masjid. Bahkan sang imam masjid cerita kalau dia punya tambang pasir, dan ngusul ke saya untuk beli tambang pasir.
Well, pelajaran yang bisa kita petik hari ini, ketika kita mengungkapkan siapa jati diri kita sebenarnya kepada orang lain, Alloh akan menunjukkan kepada kita jalan untuk bisa terus berkembang dalam bidang yang kita geluti. Dalam contoh ini, ketika saya cerita sekarang jadi pengusaha segeralah saya kenal relasi-relasi pengusaha lainnya. Sekarang tinggal silaturahim saja, selain untuk saling berkenalan lebih lanjut, juga untuk nambah rezeki, relasi, dan investasi, hehe…
Be open, buatlah statement siapa diri anda, maka Alloh akan menunjukkan jalan untuk kita berkembang di bidang tersebut.

Tinggalkan Bisnis Demi Alloh

Seringkah mendengar cerita kalau di Mekkah atau Madinah, jika azan berkumandang seluruh pedagang meninggalkan barang dagangannya dan bersegera ke masjid? Luar biasa ya, bagaimana para pedagang lebih memilih berdagang dengan Alloh daripada dengan dunia, tentunya itu diperlukan keimanan yang teguh dan luar biasa. Di Indonesia, saya pernah baca kalau KH. Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym pernah melakukan hal yang serupa. Ketika beliau berdagang bakso, datanglah suara azan dan Aa langsung pamit sama pelanggan mau sholat dulu. Jika mau bayar, dipersilahkan tinggalin duit di meja, simpel ya.

Nah, inipun kejadian nyata yang terjadi di lingkungan saya. Di sebuah kampung, namanya kampung Prayan Kulon, ada seorang pedagang angkringan yang jualan dari jam 1 siang sampe 1 malam. Nah tiap jam sholat Ashar tiba, dia kumandangkan azan, ikut sholat jamaah, dan meninggalkan barang dagangannya. Walaupun sholat maghrib nya buat jamaah gelombang kedua, begitupula sholat Isya nya yang dikerjakan usai berdagang. Namun tetap saja model pedagang ini masih langka. Tentulah berdagang dengan Alloh jauh lebih untung daripada berdagang dengan manusia. Dijamin deh, rezekinya gak akan lari kemana. Kalaupun ada pembeli yang curang dengan tidak membayar atau bayarnya kurang kala si pedagang sholat, hal itu tidak akan membuat si pedagang miskin, kan Alloh udah janji tidak akan rugi siapapun yang berdagang dengan Dia.

Kejadian serupa pun pernah dialami Hakim. Waktu itu Hakim kerja sebagai asisten dosen di kampus saya. Tiap jam sholat tiba, Hakim berusaha sebisa mungkin untuk keluar kantor dan melaksanakan sholat. Padahal saat itu, pak dosen sedang dalam satu kantor bersama Hakim. Namun Hakim diam-diam meninggalkan kantor. Walhasil, baik-baik aja tuh, paling cuma dicariin sama dosennya. Malah setelah Hakim mengundurkan diri jadi asisten, dia bisa buka bisnis yang memungkinkan untuk ditinggal kala waktu sholat memanggil. Rasanya sayang, panggilan kasih sayang-Nya dilewati begitu saja. Coba kalau cewe yang panggil, langsung deh disambut dengan suka cita -____-
Yuk kita berbenah diri, dengan memperhatikan panggilan-Nya