Perjalanan Mencari Beasiswa

Setelah lama sekali tidak menulis di blog, akhirnya saya memutuskan untuk mengisi lagi dengan cerita perjalanan saya untuk mendapatkan beasiswa.

Awal tahun 2021 menjadi tahun pencarian beasiswa. Alasannya sederhana saja karena usia saya sudah semakin mendekati batasan akhir persyaratan kebanyakan beasiswa. Pada umumnya beasiswa mensyaratkan usia maksimal 35-37 tahun untuk yang akan mengambil S2. 

Awal 2021 Australia Awards Scholarship (AAS) membuka penerimaan beasiswa dan saya pun mengikuti proses seleksi dimaksud. Namun sayang seribu sayang, lolos seleksi administrasi pun tidak. Sempat saya merasakan kekecewan karena memang cukup berharap dengan AAS karena  menginginkan melanjutkan kuliah di Australia.

Tidak lama berselang, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementerian Keuangan membuka peluang beasiswa. Saya pun tertarik karena LPDP memberikan banyak opsi universitas yang boleh dilamar oleh penerima beasiswa. Sehingga dalam hal ini Australia pun termasuk ke dalamnya.

Fase 1: Seleksi Administrasi

Beasiswa dibuka pada 1 Agustus 2021 dan ditutup pada 8 September 2021. Proses awal adalah pendaftaran dan seleksi administrasi. Pada saat itu dokumen yang dikumpulkan standar saja seperti KTP, ijazah, transkrip, dan sebagainya (selalu perhatikan pengumuman dari LPDP untuk tahu detil dari persyaratan). Tak lupa essai termasuk dalam salah satu dokumen yang dipersyaratkan. Essai pada masa saya mendaftar terdiri dari “Komitmen Kembali ke Indonesia”  dan “Personal Statement” dengan minimal kata masing-masing minimal 1.500 kata dan 1.000 kata. Menurut saya, kunci lulus pada seleksi administrasi adalah memenuhi semua jenis dokumen yang dipersyaratkan. Oleh karena itu sangat penting untuk membaca ulang persyaratan dan memeriksa kelengkapan dokumen kita sebelum di daftarkan. 

Fase 2: Seleksi Substansi Akademik dan Wawasan Kebangsaan

Di masa saya mendaftar, fase kedua bernama Substansi Akademik dan Wawasan Kebangsaan. Setelah mendapatkan informasi bahwa saya lulus seleksi administrasi dan berhak untuk melaju ke fase berikutnya, saya banyak mempersiapkan diri dengan mempelajari soal TPA Bappenas. Saya menyadari kekuatan saya ada di bahasa dan verbal, sementara kelemahan saya ada pada matematika. Menyadari kelemahan ini maka saya berlatih dengan keras di bidang matematika agar bisa menjawab dengan cepat. Setiap malam saya berlatih soal-soal TPA minimal 45 menit-1 jam. Karena saya bekerja dari pagi-sore, maka waktu untuk belajar ada di malam hari. Walaupun badan telah letih dan inginnya segera rebahan sambil menonton Netflix atau video di Youtube, namun impian saya untuk bisa melanjutkan sekolah S2 membuat saya mengurungkan kenikmatan sesaat tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk memiliki impian dan tekad yang kuat untuk bisa melanjutkan sekolah S2. Impian dan tekad yang bulat dapat menguatkan kita untuk menghadapi segala ujian dan tantangan yang menghadang. 

Akhirnya datanglah hari ujian yang dilakukan secara daring. Sebelum hari ujian, pihak LPDP memberikan panduan agar ujian daring bisa berjalan lancar. Saya membaca panduan tersebut dengan detil dan lengkap. Terbukti dengan membaca secara detil dan lengkap, saya bisa bersiap lebih baik dan tahu jika ada kendala harus menghubungi pihak mana. Pada saat itu saya menghadapi kendala login, dan kemudian saya bergegas menghubungi pihak LPDP melalui Telegram yang nomornya tersedia di buku panduan. Sehingga satu kekhawatiran teratasi. Biasanya pada saat akan melakukan Ujian, banyak hal kecil yang dapat membuyarkan konsentrasi kita. Oleh karena itu bagi pemburu beasiswa seperti saya, bacalah informasi yang disediakan dengan detil dan lengkap.

Kemudian ketika memulai tes substansi, saya tidak bisa menjawab semua pertanyaan dengan keyakinan penuh kecuali pada bagian bahasa. Saya cukup kesulitan menyelesaikan bagian matematika dan analitis karena hitungannya cukup njlimet sementara waktu yang disediakan sangat singkat. Sehingga saya cenderung menebak jawaban yang tepat setelah mencoba melakukan perhitungan yang diminta oleh soal. Di bagian akhir, ditampilkan skor yang kita dapatkan dari tes substansi akademik tersebut dan saya mendapatkan angka 155. Dengan skor seperti itu saya tidak yakin mampu lulus dari fase ini. Namun saya diberikan semangat dari senior bahwa skor demikian cukup untuk bisa membawa ke fase selanjutnya. Kurang dari 1 pekan, saya dinyatakan lulus dari seleksi substansi akademik.

Dari seleksi ini saya belajar pentingnya berdoa dan berusaha. Sangat simpel dan klise. Berdoa agar bisa lolos, kemudian berusaha sekuat tenaga untuk berlatih secara konsisten. 

Fase 3: Seleksi Wawancara

Walaupun berbeda nama dari tahun ke tahun, seleksi LPDP umumnya terdiri dari 3 bagian yaitu administrasi, tes potensi akademik, dan wawancara. Bagian wawancara inilah yang menjadi puncak terakhir yang harus ditaklukan seusai fase seleksi akademik. 

Tenggat waktu seleksi wawancara di masa saya cukup panjang yaitu 1 bulan, dari 25 Oktober hingga 26 November 2021. Saya dijadwalkan wawancara tanggal 22 November 2021, sehingga saya memiliki masa yang cukup panjang untuk melakukan persiapan. Periode ini tidak saya sia-siakan untuk melakukan persiapan. Hal yang saya lakukan adalah membaca kembali essai yang telah saya tulis. Karena sumber pertanyaan pewawancara berasal dari essai yang ditulis. Berikutnya adalah menulis perkiraan pertanyaan pewawancara dan jawaban yang akan disampaikan. Di tahap ini saya banyak terbantu dengan melihat mock-up wawancara yang banyak tersedia di kanal Youtube, sehingga ide pertanyaan pun muncul dari mock-up tersebut. Tahap terakhir adalah berlatih wawancara. Latihan wawancara saya lakukan dengan dua metode. Metode pertama saya menonton video Youtube yang berisi pertanyaan beasiswa, kemudian saya pause, dan menjawab. Begitu seterusnya hingga pertanyaan mock-up selesai. Metode kedua saya lakukan dengan merekam video saya sendiri yang berisi pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa inggris yang sudah saya prediksi akan ditanyakan. Setelah proses rekam selesai, saya kemudian memainkan rekaman tersebut dan kemudian menjawab juga dalam bahasa inggris. Karena proses wawancara akan dilakukan secara daring, maka saya pun tidak hanya sekedar merekam suara melainkan juga video. Sehingga ketika memainkan rekaman video tersebut, saya seolah-olah sedang melakukan wawancara daring dengan pewawancara (yang sebetulnya adalah diri saya sendiri). Saya berlatih hampir setiap malam dengan durasi latihan 30-45 menit hingga saya akhirnya hafal dengan jawaban-jawaban yang disampaikan. Sekali lagi, konsistensi adalah hal yang sangat diperlukan. 

Pada hari-H, saya sudah bersiap satu jam sebelumnya. Kondisi ruangan yang dipersyaratkan oleh LPDP adalah ruangan yang tenang, tidak ada orang, dan tidak boleh ada ponsel yang menyala selama wawancara, serta tidak diperbolehkan menggunakan headset. Jadwal wawancara saya yang sedianya pukul 12:00, ternyata dimajukan menjadi jam 11:00. Adanya kemungkinan jam wawancara yang maju sudah diingatkan oleh LPDP melalui panduan yang diberikan. Sekali lagi, bacalah panduan dengan detil dan lengkap. Walaupun dilakukan secara daring, pada saat wawancara pakailah pakaian lengkap dan formal.

Akhirnya wawancara dimulai tepat pukul 11:00 dan pewawancara terdiri dari 2 orang (saya duga satu dari akademisi dan satu lagi dari LPDP). Pertanyaan ditanyakan mayoritas dalam bahasa Inggris. Hal itu wajar mengingat saya mengambil program beasiswa S-2 luar negeri. Secara umum tidak ada pertanyaan yang tidak saya prediksi. Sehingga saya bisa menjawab dengan percaya diri, tenang, dan penuh senyum saat menjawab. Saya merasa adab dalam menjawab seperti mengucapkan “Terima kasih” setelah ditanya dan mengupayakan tersenyum adalah hal yang baik dan bisa membuat suasana wawancara menjadi rileks namun tetap formal. Tidak terasa 45 menit berlalu dan wawancara selesai dengan keadaan hati saya merasa plong karena telah menjawab dengan maksimal dan tidak ada penyesalan di dalamnya. Seringkali faktor yang membuat wawancara berjalan dengan baik/tidak adalah kelegaan. Jika setelah wawancara masih merasa “duh seharusnya saya tadi menjawab begini ya…seharusnya saya menjawab begitu ya”, dipastikan performa wawancara belum dikeluarkan sepenuhnya walaupun mungkin menurut pewawancara semua sudah berjalan dengan baik. Selepas wawancara maka hal yang dapat dilakukan adalah berdoa dan berdoa agar hasil akhirnya sesuai yang diinginkan.

Hari Pengumuman

Sedianya pengumuman kelulusan dijadwalkan 3 Desember 2021. Namun demikian karena satu dan lain hal, diundur menjadi 6 Desember 2021. Penundaan selama 3 hari ini semakin menambah tegang bagi diri saya. Namun saya merasa bahwa tambahan waktu ini adalah kesempatan untuk semakin menguatkan doa. Tepat di hari senin 6 Desember 2021, belum ada pengumuman di akun beasiswa baik dari pagi, siang, hingga malam hari. Hal ini sangat wajar mengingat batas akhir tanggal 6 Desember adalah hingga pukul 23:59. Saya menanti hingga pukul 23:15 namun demikian pengumuman belum kunjung tiba. Karena sudah mengantuk, maka saya putuskan untuk tidur. Esoknya saya mengecek dan yang ditunggu akhirnya tiba. Tertulis besar-besar di akun beasiswa “SELAMAT ANDA LULUS SELEKSI WAWANCARA”. Tak pelak pagi hari itu akan saya ingat dalam sejarah hidup saya. Secara resmi, saya sudah dinyatakan sebagai penerima beasiswa LPDP. 

Sebetulnya pengumuman sudah tersedia di akun beasiswa pukul 23:30, alias 15 menit setelah saya memutuskan tidur di tanggal 6 Desember 2021. Begitulah cerita saya dalam mendapatkan beasiswa.

Stoic Parenting: Membalas Jasa Orang Tua

positive-par

Stoicism (biasa disingkat stoic) adalah sebuah kosakata baru dalam khazanah alam pikir saya. Pada dasarnya stoic adalah sebuah ajaran filsafat yang membagi sebuah kejadian ke dalam dua dikotomi kendali. Ribet? Kita ambil contoh. Ketika akan berangkat kantor dan sudah bersiap-siap, turunlah hujan dengan begitu derasnya. Umumnya reaksi kita adalah…marah/kesal karena belum menyiapkan jas hujan/payung. Namun kita yang paham dengan stoic akan berlaku…siapkan jas hujan/payung, dan kemudian berangkat. Sesederhana itu. Dalam hal ini yang bisa dikendalikan adalah tindakan dan pikiran kita, adapun hujan yang turun deras secara tiba-tiba tidak bisa kita kendalikan. Oleh karena itu tak perlulah kita pusingkan hal yang tidak bisa kendalikan. Dalam peristiwa ini terdapat dua (disebut) dikotomi kendali  (1) Hal yang bisa kita kendalikan, dan (2) hal yang tidak bisa dikendalikan. Untuk lebih jelasnya mengenai stoic bisa belajar dari buku “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring. Mari kita sekarang belajar soal Parenting Stoic. Continue reading

Taman Dalam Kota, Kota Dalam Taman

220px-butchart_gardens

Lima tahun belakangan ini pemerintah kota dan provinsi berlomba-lomba untuk menghiasi daerahnya dengan berbagai macam pembangunan. Salah satu pembangunan yang cukup menonjol dan menarik minat masyarakat adalah dibangunnya ruang terbuka hijau (RTH). Beberapa RTH yang dibangun diantaranya adalah taman, revitalisasi alun-alun, dan sebagainya. Beberapa diantaranya adalah: Continue reading

Bekerja Karena Passion

“Karena Tuhan lah yang menjadi renjana saya”

 

Ada bahasan menarik hari ini yang berlangsung di kantor. Bahasan ini tentu sangat cocok untuk siapapun dan dimanapun posisi kerja kita saat ini. Atasan saya berkata perlunya bekerja disertai dengan renjana (izinkan saya membahasakan passion dengan kata “renjana”) karena pekerjaan yang ditekuni sebagai abdi negara akan menjadi jalan karir yang sangat panjang. “Tak dapat dibayangkan” ujar atasan saya, “Jika kamu bekerja selama puluhan tahun tanpa renjana, betapa panjang siksa yang akan dirasakan selama berstatus sebagai PNS”. Atasan saya masih menambahkan “Bayangkan kalo kamu bekerja sudahlah tidak punya renjana terhadap pekerjaanmu, mau undur diri tapi tidak punya keahlian yang bisa ‘dijual’ ke pihak lain, ditambah lingkungan kerja sangat tidak mengenakkan untukmu. Siksa dunia lah jadinya”. Continue reading