Stoic Parenting: Membalas Jasa Orang Tua

positive-par

Stoicism (biasa disingkat stoic) adalah sebuah kosakata baru dalam khazanah alam pikir saya. Pada dasarnya stoic adalah sebuah ajaran filsafat yang membagi sebuah kejadian ke dalam dua dikotomi kendali. Ribet? Kita ambil contoh. Ketika akan berangkat kantor dan sudah bersiap-siap, turunlah hujan dengan begitu derasnya. Umumnya reaksi kita adalah…marah/kesal karena belum menyiapkan jas hujan/payung. Namun kita yang paham dengan stoic akan berlaku…siapkan jas hujan/payung, dan kemudian berangkat. Sesederhana itu. Dalam hal ini yang bisa dikendalikan adalah tindakan dan pikiran kita, adapun hujan yang turun deras secara tiba-tiba tidak bisa kita kendalikan. Oleh karena itu tak perlulah kita pusingkan hal yang tidak bisa kendalikan. Dalam peristiwa ini terdapat dua (disebut) dikotomi kendali  (1) Hal yang bisa kita kendalikan, dan (2) hal yang tidak bisa dikendalikan. Untuk lebih jelasnya mengenai stoic bisa belajar dari buku “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring. Mari kita sekarang belajar soal Parenting Stoic. Continue reading

Taman Dalam Kota, Kota Dalam Taman

220px-butchart_gardens

Lima tahun belakangan ini pemerintah kota dan provinsi berlomba-lomba untuk menghiasi daerahnya dengan berbagai macam pembangunan. Salah satu pembangunan yang cukup menonjol dan menarik minat masyarakat adalah dibangunnya ruang terbuka hijau (RTH). Beberapa RTH yang dibangun diantaranya adalah taman, revitalisasi alun-alun, dan sebagainya. Beberapa diantaranya adalah: Continue reading

Dua Komitmen

“Pilih komit atau pamit”

Menjaga komitmen itu adalah sebuah keharusan demi mencapai tujuan akhir yang disepakati bersama. Namun menjaga komitmen dibutuhkan kesabaran dan konsistensi agar tidak melenceng. Terkait soal komitmen, saya dulu berkomitmen kepada anak untuk menjauhkan anak dari layar (televisi, HP, maupun laptop) dan menghidupkan suasana membaca Al Quran di rumah. Setelah 1,5 tahun anak saya lahir, maka komitmen itu perlu dilihat kembali karena fakta di lapangan memang si anak jauh dari layar, tapi orang tuanya tetap terus menerus berinteraksi dengan layar dan menyebabkan salah satu dari dua hal ini, si anak penasaran ingin ikut melihat atau si anak asyik sendiri tanpa mengacuhkan orang tua. Continue reading

Memahami Tingginya Suku Bunga Perbankan Indonesia

Hingga saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia bertengger di tingkat 6,5%. Suku bunga BI ini lebih rendah ketimbang awal tahun 2016 yang bernilai 7.25%. Namun  suku bunga dasar kredit (SBDK) beberapa perbankan di Indonesia rata-rata masih di atas 10% untuk kredit korporasi, ritel, KPR, maupun non KPR. Sbdk ini tergolong tinggi untuk kawasan Asia Tenggara. Sebagai perbandingan SBDK di perbankan Malaysia, Singapura, dan Filipina berturut-turut adalah 4,4%, 2,5%, dan 5,5% (Apindo: 2016). Mengapa SBDK perbankan masih tinggi? Penetapan bunga dasar kredit yang ditetapkan oleh perbankan terdiri atas tiga komponen yaitu: (1) cost of fund (biaya dana) (2) biaya operasional (3) Laba yang diinginkan. Biaya dana ini sama dengan harga pokok bahan baku jika diasosiasikan dengan dunia perdagangan. Fungsi dasar dari perbankan adalah untuk menjadi penengah antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Pihak yang kelebihan dana akan menyimpan kelebihannya di bank dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dalam menyimpan berupa tingkat suku bunga. Sementara pihak yang kekurangan dana dan berharap pinjaman dari bank akan dikenakan harga (suku bunga kredit) yang tentunya di atas tingkat suku bunga simpanan. Perbedaan antara  tingkat suku bunga kredit dan tingkat suku bunga simpanan inilah yang menjadi keuntungan bagi bank dalam bisnis yang digelutinya. Keuntungan tersebut yang kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan operasional dan juga membagi laba kepada baik stakeholder maupun shareholder.

Continue reading