Dua Komitmen

“Pilih komit atau pamit”

Menjaga komitmen itu adalah sebuah keharusan demi mencapai tujuan akhir yang disepakati bersama. Namun menjaga komitmen dibutuhkan kesabaran dan konsistensi agar tidak melenceng. Terkait soal komitmen, saya dulu berkomitmen kepada anak untuk menjauhkan anak dari layar (televisi, HP, maupun laptop) dan menghidupkan suasana membaca Al Quran di rumah. Setelah 1,5 tahun anak saya lahir, maka komitmen itu perlu dilihat kembali karena fakta di lapangan memang si anak jauh dari layar, tapi orang tuanya tetap terus menerus berinteraksi dengan layar dan menyebabkan salah satu dari dua hal ini, si anak penasaran ingin ikut melihat atau si anak asyik sendiri tanpa mengacuhkan orang tua.

Komitmen kedua adalah menghidupkan suasana membaca Al Quran di rumah. Anak saya memang setiap mendengar azan segera menirukan gerakan shalat. Hal ini tentunya sangat disyukuri karena sejak dini kami perkenalkan anak dengan aktifitas ibadah. Namun untuk membaca Al Quran saya merasa masih jauh panggang dari api, karena subuh dan maghrib yang sewajarnya menjadi waktu yang pas untuk mengaji malah dilewatkan dengan main HP. Sehingga suasana rumah kurang dipenuhi dengan semarak Al Quran.

Kembali lagi ke komitmen bahwa komitmen perlu kesabaran dan konsistensi dalam pelaksanaannya. Maka untuk memastikan kedua komitmen tersebut tetap terlaksana, maka saya memulai program kecil-kecilan untuk meletakkan HP selama berada dekat anak. Maka seringkali di rumah saya letakkan HP jauh dari jangkauan dan di silent. Sejauh ini 80% berhasil terlaksana dan 20% terkadang saya masih melihat HP di depan anak. Apapun itu, HP memang bagi saya adalah penganggu yang paling ulung di tengah keluarga. Sudah sering saya melihat satu keluarga berkumpul namun pada asyik dengan HP sendiri, ah inilah candu dunia modern. Program kedua yang coba saya terapkan adalah membaca Al Quran pasca Subuh dan Maghrib, walaupun hanya satu ‘ain dan terdiri dari beberapa ayat saja. Sesedikit apapun itu saya berusaha konsisten agar anak jikapun tidak mendengar dan asyik main, setidaknya melihat. Bukankah anak akan mengerjakan apa yang dilihat karena mereka adalah peniru ulung?

Komitmen memang tidak mudah untuk dijalankan. Namun buah dari kesabaran menjalankannya akan manis di kemudian hari.

Leave a comment